Rabu, 11 Januari 2012

Peluang Pengembangan Minyak Melati (Jasmine Oil)

Minyak bunga melati mempunyai prospek yang cerah. Baik melati putih maupun melati gambir dapat menghasilkan minyak dengan wangi yang khas dan telah populer di bursa produk wewangian. Harganya pun cukup mencengangkan, sekitar US$ 5.000 per liter.

Di Indonesia terdapat dua jenis bunga melati yang sejak lama dibudidayakan oleh masyarakat. Pertama, melati putih (Jasminum sambac), banyak ditanam di daerah pantai dan dataran rendah panas dan kering, dengan bunga berwarna putih dan harum

Melati jenis ini digunakan untuk bunga tabur, bunga rampai, rangkaian bunga untuk pesta perkawinan, dan khusus untuk daerah Jawa Tengah juga digunakan dalam pembuatan teh wangi melati (Jasmine tea). Sejak tahun 1990-an, bunga melati putih segar produksi Tegal, Jawa Tengah, telah diekspor ke Singapura untuk memenuhi permintaan bunga sesaji/keperluan keagamaan. Kedua, melati gambir (Jasminum officinale), saat ini banyak ditanam di daerah Purbalingga dan Batang di Jawa Tengah untuk memenuhi kebutuhan pabrik teh. Dalam pembuatan teh wangi, dua macam bunga melati tersebut dicampur pada perbandingan tertentu dengan daun teh untuk mendapatkan wangi yang spesial.

Saat ini, daerah pertanaman melati yang cukup luas adalah di Jawa Tengah. Areal tanaman melati putih sekitar 317 ha dan melati gambir 390 ha, sedangkan di Jawa Timur dan Jawa Barat masing-masing 45 ha dan 17 ha, seperti dikemukakan Sutater dan Effendie dalam laporan survai tahun 1994.

Potensi melati untuk usaha agribisnis cukup besar, memiliki rata-rata produksi per hektar per hari sekitar 16,2 kg dengan kisaran 5-20 kg. Fluktuasi produksi bunga agak besar karena sangat dipengaruhi oleh curah hujan. Di sentra produksi pada musim panen besar (musim hujan), sering kali bunga melati tidak terserap oleh pabrik teh sehingga harga bunga turun.

Di sisi lain, saat ini kebutuhan minyak bunga alami termasuk melati untuk keperluan industri kosmetik, farmasi, minyak wangi, sabun, industri jamu, dan terapi aroma masih belum dapat dipenuhi produksi dalam negeri sehingga harus diimpor. Khusus untuk keperluan terapi aroma sebagai bagian dari perawatan kebugaran, minyak melati mempunyai peran yang sangat penting. Menurut Herbal Encyclopedia, aroma melati mampu menimbulkan efek relaksasi, menghilangkan ketegangan pikiran/depresi, dan memberi kesan tenang (calm). Karena khasiat itulah, barangkali nenek moyang kita menggunakan melati sebagai bunga pengantin. Apakah tidak mungkin dua sisi potensi dan peluang ini dipertemukan?

Jika bunga diproses menjadi minyak melati, untuk menghasilkannya diperlukan bahan baku dan teknologi yang tepat. Dari sisi bahan baku yaitu bunga melati, seperti bunga-bunga penghasil minyak wangi alami lainnya, hasil minyak bunga melati tergolong rendah. Di India, ekstraksi melati gambir menghasilkan concrete 0,28%, yang jika diproses lanjut akan memperoleh absolut atau minyak kurang lebih 50 persennya. Namun, hasil ini masih lebih tinggi dibanding ekstraksi bunga sedap malam yang hanya menghasilkan minyak 0,068-0,105%.

Teknologi

Teknologi untuk menghasilkan minyak bunga melati telah diteliti oleh Balai Penelitian Tanaman Hias yang kemudian dilanjutkan oleh Balai Penelitian Pascapanen Pertanian. Dua teknik produksi minyak bunga melati telah dicoba, yaitu ekstraksi menggunakan pelarut menguap dan enfleurasi atau enfleurage. Masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kelemahan.

Enfleurasi merupakan suatu teknik menghasilkan minyak bunga dengan cara menangkap minyak bunga yang menguap dari kuntum bunga yang merekah menggunakan campuran lemak. Selanjutnya, minyak bunga dipisahkan dari campuran lemak dengan melarutkannya dalam alkohol dilanjutkan dengan penguapan alkohol hingga diperoleh minyak bunga alami. Keunggulan cara ini adalah mampu menghasilkan minyak bunga dengan jumlah dan mutu yang tinggi, karena selama proses tidak banyak bersentuhan dengan panas sehingga kehilangan dan kerusakan zat wangi sangat rendah. Kelemahannya, teknik ini menyisakan limbah lemak yang perlu dicarikan cara pemanfaatannya, dan perlu tenaga terampil untuk pekerjaan defleurasi atau mengangkat kuntum-kuntum bunga layu dari lapisan campuran lemak setelah proses penyerapan/penangkapan minyak.

Cara lainnya yaitu ekstraksi dengan menggunakan pelarut menguap, yang mempunyai keuntungan mudah dikembangkan untuk industri dan pelarut dapat diperoleh kembali dari rangkaian proses. Kelemahannya, selama proses ekstraksi harus mampu mengendalikan suhu agar tidak lebih dari 55oC, kalau bisa sekitar 45oC, karena suhu yang lebih tinggi akan merusak komponen zat wangi. Namun, secara teknis kelemahan ini mudah diatasi, yaitu pada saat penguapan pelarut diberikan kondisi vakum tertentu untuk menurunkan suhu. Karena mudah rusak oleh temperatur tinggi itu pula minyak bunga melati kurang baik mutunya jika dihasilkan melalui penyulingan dengan air/uap panas.

Proses Menghasilkan Minyak Bunga Melalui Ekstraksi dengan Pelarut Menguap

Untuk mendapatkan minyak bunga melati diperlukan rangkaian proses, seperti perendaman sambil diaduk untuk memberi kesempatan kontak antara pelarut dan bahan, penguapan, dan destilasi. Untuk mendukung proses tersebut diperlukan beberapa peralatan yaitu leaching apparatus, evaporator, destiller, dan evaporator vakum berputar.

Leaching apparatus berupa tangki tertutup sebagai wadah perendaman bunga, yang dilengkapi pengaduk, lubang pemasukan bahan dan lubang pengeluaran cairan/ampas. Bunga melati dimasukkan ke dalam tangki, ditambahkan heksan, kemudian ditutup dan pengaduk dijalankan pada kecepatan 20 putaran per menit. Daya muat alat ini sekitar 3 kg bunga yang memerlukan 6,4 liter heksan. Setelah 20 menit, cairan yang sudah mengandung wangi melati dikeluarkan, ampas dipisahkan, kemudian cairan dimasukkan ke dalam evaporator.

Tahapan berikutnya yaitu penguapan heksan pada suhu di bawah 55oC, dilanjutkan dengan pengembunan untuk mendapatkan kembali heksan cair sekitar 75%. Sisa cairan heksan 25% diuapkan lebih lanjut dengan menggunakan evaporator vakum berputar sampai diperoleh pasta pekat, berwarna coklat kemerahan, agak lengket karena masih mengandung lilin, dengan bau wangi melati yang kuat. Pasta ini disebut concrete. Meskipun masih merupakan produk antara, concrete sudah dapat diperdagangkan dan mempunyai keuntungan zat wanginya tidak mudah menguap karena masih terikat dengan komponen lilin. Untuk menjadi minyak melati yang dapat digunakan sebagai bahan minyak wangi atau kosmetik, dilakukan proses lanjutannya.

Proses berikutnya yaitu memisahkan komponen minyak melati dari lilin, pigmen, dan protein yang terkandung dalam concrete sehingga diperoleh minyak yang harum seperti bunga aslinya atau dikenal dengan absolut melati. Cara pengambilan minyak melati dari concrete adalah dengan melarutkannya ke dalam alkohol, kemudian dilakukan pemisahan melalui pendinginan dan penyaringan. Proses ini dikerjakan berulang kali hingga diperoleh cairan jernih tanpa lilin. Tahap akhir adalah penguapan alkohol menggunakan evaporator vakum berputar untuk memperoleh absolut. Absolut berwarna kuning kecoklatan, jernih dengan bau melati sangat kuat.

Prospek Pengembangan

Menilik potensi dan peluangnya, pengolahan bunga melati menjadi minyak merupakan peluang pengembangan produk baru hasil industri berbasis bunga, sekaligus sebagai diversifikasi manfaat melati. Pengembangan produk ini akan membuka lapangan kerja tambahan bagi pelaku pascapanen melati yang saat ini hanya sebatas melakukan panen dan mengangkutnya ke pabrik teh. Pada gilirannya, bila ada investor, usaha ini akan menambah pendapatan daerah setempat. Untuk mencapainya, kajian teknologi dan kelayakan finansialnya perlu dilakukan pada skala yang lebih besar dengan melibatkan petani, mitra swasta, dan pemerintah daerah/Dinas di wilayah penghasil melati terutama Jawa Tengah. Namun, karena proses pengolahan melati belum dikenal masyarakat, diperlukan beberapa tahapan kajian yang ditangani oleh tim lintas disiplin dan institusi.

Selain untuk melati, teknologi yang sama dapat diterapkan pada jenis bunga harum lainnya, seperti sedap malam dan mawar, sehingga tidak tergantung pada satu jenis bahan baku (Sulusi Prabawati, Suyanti dan Astu Unadi)
sumber : http://www.scribd.com/doc/887208/Prospek-Pengembangan-Melati